Selasa, 11 Desember 2012

 KETHOPRAK

Menurut sejarah kethoprak lahir pada tahun 1887. Pada awalnya Ketoprak hanya berwujud permainan bagi para lelaki didesa sebagai hiburan sambil menabuh “lesung” (alat yang sebenarnya berfungsi sebagai alat/tempat untuk menumbuk gabah/padi supaya menjadi beras) pada saat bulan purnama. Hal ini sering juga disebut sebagai “gejog lesung”
Namun semakin lama ketoprak semakin digemari oleh banyak orang. Dan karena kebiasaan akhirnya ketoprak mampu dijadikan sebagai salah satu budaya masyarakat, dan bisa bersinergi dengan kesenian yang lainnya.

Disebabkan pada awalnya hanya diiringi oleh alat ‘tetabuhan lesung’ ketoprak dulunya juga sering disebut “gejog lesung”. Seiring dengan keadaan berjalan selanjutnya ada tambahan alat musik lainnya seperti kendang, terbang dan suling. Pada tahun 1909 baru dimulai adanya pergelaran ketoprak secara sempurna.

Ketoprak Wreksatama yang diipersembahkan oleh Ki Wisangkara adalah awal pagelaran ketoprak digelar secara resmi didepan umum yang semua pemerannya adalah laki-laki. Cerita yang digelar adalah Warsa – Warsi, Kendana – Gendini, Darma – Darmi, dan lain sebaginya.

Setelah itu semakin lama perkembangan seni ketoprak semakin menarik dan kreatif dengan bermacam cerita juga iringan musik gamelannya sehingga membuat semakin digemari masyarakat. Terutama dilingkunga wilayah Jokjakarta. Dan pada perkembangannya terjadi banyak macam cerita serta diiringi berbagai macam alat musik gamelan juga.

Pergelaran kethoprak dapat dibedakan sebagai berikut:

  • Kothekan Lesung, Ini adalah cikal bakal ketprak yang pada akhirnya mampu menjadi satu pergelaran.
  • Kethoprak Lesung Wiwitan, Awal mula dari tetabuhan lesung yang diiringi oleh tari-tarian sebagai tanda kesenangan bersyukur padaNYA karena telah dilimpahkan panen padi yang berkecukupan. Diselingi juga dengan cerita-cerita rakyat. Awalnya diperankan hanya oleh mereka para petani.
  • Kehtoprak Lesung, Mewujudkan pergelaran lengkap dengan cerita rakyat diiringi gamelan seperti gendang, seruling, rebana dan juga lesung. Inilah cikal bakal lahirnya kethoprak.
  • Kethoprak gamelan, Berawal dari ketoprak Lesung dilengkapi dengan cerita Panji dan mengenakan pakaian ‘Mesiran’ (Baghdad)
  • Kethoprak Gamelan Pendapa, Ceritanya hanya seputar cerita “Babad”. Yang digelar diatas panggung didalam gedung pendapa, yaitu salah satu bangunan Jawa kalau saat ini bisa juga disebut sebagai aula.
  • Kethoprak Panggung, adalah jenis pergelaran terakhir dari Kethoprak. Yang dipertunjukkan diatas panggung dengan cerita campur. Bisa berwujud cerita rakyat, sejarah, babad, bisa juga cerita adaptasi dari manca Negara (Sampek Ingte, Baghdad, Turkey, dll)
Pada saat ini pertunjukan kethoprak sudah dapat dinikmati oleh masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semakin professional dengan pertunjukan yang digelar menggunakan tiket masuk. Dan sebagian mampu menjadi tambahan penghasilan bagi sejumlah pemain dan penabuh gamelan. Tehnik pergelaran cerita dibuat semakin menarik dan creative sesuai kehendak penggemar. Sebagai contoh dapat dilihat dari Kethoprak “Siswa Budaya” dari Tulung Agung yang telah mampu menjadi idola masyarakat pecinta Kethoprak.

Rupa warna cerita dalam kethoprak adalah cerita rakyat, dongeng, babad, legenda, sejarah, dan adaptasi dari cerita Negara lain. Sebagai Contoh adalah karya Shakespeare; pangeran Hamlet Sampek Eng Tay. Juga cerita-cerita buku: Darma-Darmi, Warsa – Warsi, Kendana-Gendini, Abdul Semararupi, Yang tergolong sebagai Cerita MENAK. Sedang Cerita Panji adalah Panji Asmarabangun, Klana Sewandana. Dan masih banyak cerita lainnya lagi, Ande-ande lumut, Angling Darma, Rara Mendut, Damar Wulan, Rangga Lawe, Jaka Bodho…….
Biasanya ceritanya adalah tentang kisah peperangan dan kepahlawanan, kesemuanya itu mengandung pesan tentang kebaikan dan kejujuran yang pada akhirnya nanti akan terkuak kebenarannya.

Mengenai pakaian yang dikenakan para pemeran kethoprak sesuai cerita yang dimainkan. Biasanya mengenakan pakaian adat kebangsaan kerajaan di Jawa. Dan juga ada pakaian yang menyiratkan simbolis sesuai yang diperankannya. Misalnya apabila sedang memerankan orang yang berperilaku adil dan bijak biasanya mengenakan pakaian “Cemeng” (kalem). Orang yang suci biasanya mengenakan pakaian berwarna putih. Pemberani identik dengan pakaian merah. Sedangkan cerita Baghdad mengenakan “Ageman Mesiran” (Pakaian ala Mesir) seperti Sutra misalnya. Pakaian wayang orang juga sering dikenakan dalam memerankan pertunjukan kethoprak, terutama sering dikenakan oleh masyarakat Jawa bagian utara (Pesisir lor). Sebagai contoh adalah cerita Angling Darma, dan juga Minak Jinggo/Damar Wulan.
Ada juga pakaian yang disebut sebagai “Ageman Basahan”, Yaitu pakaian kejawen namun dicampur dan di ,kombinasikan, sepeti batik, beskab, Surban, dan juga Jubah. Ini biasanya pada cerita Menak atau cerita para wali/para ulama Islam didalam Praja.

Yang jadi ciri utama kethoprak adalah: Cerita dengan para Nayaga/Pemain, diiringi oleh tabuhan gamelan, Pakaian sebagai ‘tetenger’ (pertanda) kethoprak yang sedang dimainkan. Dan juga lantunan tembang/lagu yang sekaligus menjadi pengiring adegan baik dialog maupun monolog atau juga sebagai narasi.

Sumber dari njowo multiply.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar